Adalah Nomer atom, yakni jumlah
proton – bukannya massa atom – yang menentukan jenis dan sifat
kimia dari suatu unsur. Hal ini dikarenakan sifat – sifat kimia bergantung pada
komposisi elektron – elektron sedangkan jumlah elektron adalah sama
dengan nomer atom. Konsekuensinya, atom dengan inti yang berisi jumlah proton
yang sama ( nomer atom sama) tetapi jumlah neutron yang berbeda (nomer massa
berbeda) –disebut dengan isotop- pada dasarnya secara kimiawi adalah
identik meskipun hal ini sering menandakan perbedaan dari segi
kestabilan inti atom. Sebagian besar unsur di alam
berada dalam dua atau lebih isotop stabil yang mana secara kimiawi hampir tidak
bisa dibedakan meskipun nomer massanya dan berat atomnya berbeda
. Kesemuanya,
sekitar 280 isotop stabil yang telah di identifikasi terjadi secara alamiah,
dan sebagai tambahan, terdapat sekitar 50 jenis isotop tidak stabil yang
ditemukan di alam. Lainnya 700 atau lebih isotop tidak stabil didapatkan secara
buatan dengan reaksi nuklir yang beragam. Untuk tujuan membedakan perbedaan dari
isotop –isotop dari unsur tertentu maka dicantumkan nomer massa yang
digunakan setelah simbol unsur. Jadi isotop uranium dengan nomer massa 238 bisa
ditulis sebagai uranium -238, U-238 atau U238
Uranium, unsur paling penting
dalam pembangkitan energi nuklir, berada di alam dalam setidaknya tiga
bentuk isotop dengan nomer massa 234, 235, dan 238. Uranium – 238
merupakan isotop yang paling banyak proporsinya berada di alam (99,282 %).
Sedangkan U-235 sekitar 0,7% dan untuk uranium – 234 lebih kecil lagi, sehingga
sering bisa diabaikan.
Semua senyawa di alam ini terbentuk dari atom-atomnya dengan perbandingan
massa atom yang tetap. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari massa sebuah
anggur adalah 1 g, dan sebuah jeruk massanya tiga kali massa anggur tersebut.
Dapat dikatakan bahwa massa jeruk adalah 3 g. Dengan demikian kita telah
menemukan massa relatif dari anggur dan jeruk.
Bila hidrogen dan klor membentuk senyawa hidrogen klorida dengan rumus HCl, dalam senyawa ini selalu ditemukan bahwa massa atom klor 35,5 x massa atom hidrogen. Karena atom-atomnya berada dalam jumlah yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa tiap atom klor harus 35,5 x lebih berat dari atom hidrogen. Karena itu kita telah menemukan massa relatif dari atom hidrogen dan klor.
Bila hidrogen dan klor membentuk senyawa hidrogen klorida dengan rumus HCl, dalam senyawa ini selalu ditemukan bahwa massa atom klor 35,5 x massa atom hidrogen. Karena atom-atomnya berada dalam jumlah yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa tiap atom klor harus 35,5 x lebih berat dari atom hidrogen. Karena itu kita telah menemukan massa relatif dari atom hidrogen dan klor.
Berdasarkan contoh diatas, kita dapat melihat bahwa dengan diketahui rumus dari suatu senyawa dan mengukur perbandingan massa dari unsuru-nsurnya, dapat ditentukan massa dari atom-atomnya. Bila massa dari salah satu atom unsurnya diketahui, maka massa atom lain dari molekul dapat ditentukan, sehingga harus dicari suatu atom sebagai massa standar. Perbandingan massa satu atom dengan massa atom standar disebut massa atom relatif (Ar).
Karena atom sangat ringan, maka tidak dapat digunakan satuan g dan kg untuk massa atom, maka digunakan satuan massa atom (s. m. a) (Simbol SI adalah u). Pada mulanya dipilih hidrogen sebagai standar karena merupakan atom teringan. Kemudian diganti dengan oksigen karena dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur lain. Jika atom hidrogen ditetapkan mempunyai massa 1 s. m. a (satuan massa atom), maka oksigen mempunyai massa 16 s. m. a. Dengan demikian yang disebut massa atom relatif (Ar) dari unsur X adalah:


Perlu dicatat bahwa massa atom relatif (Ar) merupakan perbandingan massa, sehingga tidak mempunyai satuan. Massa atom relatif sangat penting dalam ilmu kimia untuk mengetahui sifat unsur dan senyawa. Yang menjadi masalah, bagaimana menentukannya secara tepat dan benar.
Saat ini penentuan massa atom relatif dan massa molekul relatif dilakukan dengan menggunakan spektrometer massa (Gambar 2). Dengan alat ini, ternyata diketahui bahwa atom suatu unsur dapat memiliki massa yang berbeda-beda (disebut isotop). Pertama kali spektrometer massa dikembangkan oleh ahli fisika dari Inggris F. W. Aston pada tahun 1920. Dengan menggunakan alat tersebut, Aston menemukan 3 isotop neon di alam yaitu 90,92% 20Ne dengan massa 19,9924 sma; 0,26% 21Ne dengan massa 20,9940 sma; dan 8,82% 22Ne dengan massa 21,9914 sma (Gambar 3)
Ada 20 unsur (Be, F, Na, Al, P, Sc, Mn, Co, As, Y, Nb, Rh, I, Cs, Pr, Tb, Ho,
Tm, Au, dan Bi) yang merupakan monoisotop. Sedangkan unsur-unsur yang lain
mempunyai dua atau lebih isotop. Untuk unsur-unsur ini, massa atom relatif (Ar)
merupakan nilai rata-rata massa dari setiap massa isotop atom dalam unsur
tersebut dengan memperhitungkan kelimpahannya. Misalnya, untuk suatu unsur
mempunyai dua macam isotop, berlaku rumus:
Sebagai contoh yang baik adalah
klor, yang mempunyai dua isotop yaitu, 35Cl dan 37Cl. Di alam 75,77% atom dalam
keadaan 35Cl mempunyai massa 34,968852 sma dan 24,23% adalah 37Cl yang massa
atom 36,965903. Sehingga massa atom sama dengan 0,7577 (34,968852) + 0,2423
(36,965903) = 26,496 + 8,957 = 35,453 Untuk unsur yang memiliki lebih dari dua
isotop, rumus tersebut dapat disesuaikan.
Tahun 1961, IUPAC menetapkan standar penetapan massa atom relatif terhadap massa isotop karbon-12 (12C).

Tahun 1961, IUPAC menetapkan standar penetapan massa atom relatif terhadap massa isotop karbon-12 (12C).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar